Senin, 09 Mei 2016

OSPEK, STOP ATAU PERTAHANKAN?


Manusia secara kodrati merupakan makluk monodualiatas dimana ia mempunyai status ganda yaitu sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Setiap manusia pasti punya privasi yang orang lain tidak boleh tau hal ini dikarenakan kodratnya sebagai makhluk individu yang punya keinginan, harapan, pemikiran, dan kepercayaan yang tidak boleh dilanggar orang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ilmuan yang pastinya hampir semua orang mengenal namanya, ia dalah Aris Totoles, manusiamerupakan zoon politicon, yang berarti menusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Jadi walaupun seseorang kaya, punya kehidupan yang menyenangkan dia tetaap butuh orang lain untuk kelangsungan hidupnya.

Segala yang kita lakukan selalu mempunyai dampak begitupun dengan interaksi kita terhadap lingkungan, ia akan menghasilkan sebuah kebiasan yang bisa jadi melahirkan sebuah kebudayaan. Salah satunya adalah kegiatan penerimaan mahasiswa baru, dimana maha siswa baru diharuskan untuk mengikuti serangkaian persyaratan untuk bisa duduk didunia perkuliahan, adapun hal yang menjadi sorotan dari serangkaian itu adalah OSPEK.
Sumber: /www.google.co.id

Bagi universitas, fakultas dan prodi  OSPEK adalah sarana untuk memperkenalkan mahasiswa baru kepada lingkungan kampus yang meliputi struktur organisasi, Akademik, kormas dan mekanisme perkuliahan secara umum lainnya.

Namun tak bisa dipungkiri bagi Mahasiswa yang dulunya korban perpeloncoan, dan juga Calon Mahasiswa baru tentunya, jika kita berbicara tentang ospek memang terkesan seperti menakutkan dan penuh dengan balas dendam "Semacam momen balas dendam bagi orang yang tidak tau fungsi ospek itu sendiri". Sistem perpeloncoan yang dilakukan senior terhadap junior seperti sudah menjadi tradisi di dalam ospek. Sehingga banyak sekali kejadian yang mengakibatkan kecelakaan hingga kematian.

Sumber: Google image

Teruntuk para calon maha siswa baru, ada baiknya jika kita mengetahui sejarah dari OSPEK itu sendiri. Tulisan ini saya kutip dari berbagai sumber
Banyak sekali versi tentang awal mula adanya ospek. Mungkin salah satu yang paling valid adalah di Universitas Cambridge Inggris. Mahasiswa disana memang saat itu mayoritas lahir dari keluarga yang terhormat. Sehingga banyak sekali mahasiswa yang berbuat seenaknya dan semaunya, selain itu juga gengsi sebagai orang yang terhormat membuat mereka sulit untuk diatur, sehingga para senior yang merasa memiliki kekuatan merasa harus melakukuan perpeloncoan sebagai tindakan untuk mengatur para juniornya yang sulit diatur itu.

Di Indonesia sendiri konon katanya ospek sudah dilakukan sekitar tahun 1950, tapi jika kita meninjau jauh kebelakang ada beberapa data yang digunakan untuk merujuk asal usul ospek.
Perlu diketahui bahwa ospek ini sudah ada sejak zaman kolonial dulu, tepatnya di STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia (1898-1927). Setelah itu berlanjut pada masa Geneeskundinge Hooge School (GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran (1927-1942). Saat ini STOVIA dan GHS menjadi FKUI Salemba.

 Pada saat masa GHS itu kegiatan menjadi lebih formal dan bersifat sukarela. Istilah yang digunakan pada saat itu ialah ontgroening atau “membuat tidak hijau lagi”.
Di Indonesia sendiri awal mula ospek terjadi disalah satu kampus yang dulu bernama Technische Hoogeschool atau sekarang kita kenal dengan sebutan ITB (Institut Teknologi Bandung).

Jadi pada zaman penjajahan dulu, Belanda memiliki manifesto politik bernama “Politik Etis” sebagai balas budi terhadap bangsa Indonesia terhadap apa yang sudah dilakukan VOC pada Indonesia  sekitar abad 16. Belanda membangun sekolah-sekolah rakyat untuk nantinya menjadi teknisi. Walaupun sebetulnya ini adalah salah satu cara Belanda untuk mendapatkan pekerja yang bisa dibayar murah. Salah satu sekolah yang hingga saat ini masih ada adalah TH atau saat ini bernama ITB.
Sumber: Google Image
VOC Organisasi Pada Zaman Belanda

Pada awalnya TH hanya menerima orang-orang Belanda saja, selanjutnya mereka mulai menerima keluarga kaum pedagang Tiongkok. Hingga sampai kepada mahasiswa pribumi untuk bersekolah di TH ini.

Bangsa Belanda berfikir bahwa mereka lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahasiswa pribumi. Sehingga para senior melakukan perpeloncoan terhadap mahasiswa baru (Maba) atau seorang pribumi dalam bentuk permainan olok-olok. Untuk menunjukan bahwa bangsa Belanda berada di atas segalanya dari pribumi.
Selain itu bangsa pribumi yang diwakili oleh presiden pertama  Indonesia Ir. Soekarno, berhasil diwisuda menjadi seorang Insinyur Teknil Sipil. Soekarno adalah 1 dari 7 anak pribumi yang berhasi diwisuda pada saat itu.

Sampai saat ini ospek memang menjadi perdebatan yang selalu ada di tiap tahunya. Unsur kekerasan yang masih ada seolah menjadi gambaran bahwa ospek adalah sarana untuk melakukan tindakan-tindakan perpeloncoan persis seperti zaman Belanda dahulu. Unsur edukasi yang seharusnya ada memang seolah hilang, berbalik menjadi tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat.

Selaku generasi yang berpendidikan kita harus membuat perubahan, banyak ide dikepala kita yang harus kita realisasikan untuk menjadikan OSPEK ini menjadi wadah untuk memperkenalkan mahasiswa baru tentang dunia perkuliahan, serta momen untuk membangun hubungan baik antara kakak tingkat dan mahasiswa baru sehingga bisa terjalian hubungan baik diantara keduanya.

Bagi saya pribadi menghentikan kegiatan OSPEK bukanlah suatu keputusan bijak karena pada dasarnya banyak tujuan-tujuan penting yang hendak diberikan serata disampaikan kepada mahasiswa baru sebagai bekal menjalani dunia perkuliahan yang sangat jauh berbeda dengan saat mereka dibangku SMA. Perpeloncoan, tindakan kriminalital, pelanggaran HAM yang terjadi dalam pelaksanaan OSPEK sejatinya dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab, maka dari itu marilah berbenah diri bukan menghakami diri. Berhenti mencari keburukan yang ada, dan berhenti mencari siapa yang salah karena berbenah diri sejatinya harus dilakukan oleh semua pihak.

Banyak inovasi yang bisa dilaksanakan untuk menghindari perpeloncoan dan kekerasan salahsatunya adalah dengan mengedepakan pendidikan karakter pada pelaksanaan ospek, menentukan tujuan dan manfaat dari setiap kegiatan sehingga tak ada celah untuk kegiatan perperloncoan serta adanya pengawasan dari pihak yang berwenang agar tak terjadi perlakuan sewenang-wenang oleh orang-orang sok berwenang. Memahamkan panitia akan SOP mereka agar tak lagi bertindak ceroboh menganggap bahwa mahasiswa baru adalah bahan lelucon yang bisa diperintah seperti kerbau oleh majikan yang membenci lumpur. 

Sejarah memang banyak mencatat bahwa OSPEK ajang perperpeloncoan, tetapi ada lebih banyak generasi berpendidikan yang mampu mengubahnya kearah yang seharusnya. Dewasa ini perpeloncoan dalam OSPEK sudah mulai berkurang intensitasnya, oleh karena itu tak ada alasan untuk takut OSPEK, karena sejatinya OSPEK sangat bermanfaat untuk bekal awal mahasiswa baru didunia perkulian, dengan ikut OSPEK kita tengah membuka jalan untuk orang-orang baru menjadi orang penting dalam hidup kita dan begitupun sebaliknya. Mari pertahan ospek!


Setiabudhi Agustus 2015

Tulisan ini saya tulis setahun yang lalu, hal ini merupakan bentuk dukungan terhadap sistem kaderisasi awal untuk mahasiswa baru. Saat menulis status saya sebagai mahasiswa yang sebentar lagi memiliki adik tingkat (Wajar dong mendukung ospek!). Saat menulis ini, status saya juga  sebagai calon mahasiswa baru (Berhusnudzon bahwa kakak calon kaka tingkat saya nantinya memang agen perubahan bukan agen penerus tradisi). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar