Manusia secara kodrati merupakan makluk monodualiatas dimana
ia mempunyai status ganda yaitu sebagai makhluk individu sekaligus makhluk
sosial. Setiap manusia pasti punya privasi yang orang lain tidak boleh tau hal
ini dikarenakan kodratnya sebagai makhluk individu yang punya keinginan,
harapan, pemikiran, dan kepercayaan yang tidak boleh dilanggar orang lain. Sebagaimana
yang dikatakan oleh seorang ilmuan yang pastinya hampir semua orang mengenal
namanya, ia dalah Aris Totoles, manusiamerupakan zoon politicon, yang berarti
menusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain.
Jadi walaupun seseorang kaya, punya kehidupan yang menyenangkan dia tetaap
butuh orang lain untuk kelangsungan hidupnya.
Segala yang kita lakukan selalu mempunyai dampak begitupun
dengan interaksi kita terhadap lingkungan, ia akan menghasilkan sebuah kebiasan
yang bisa jadi melahirkan sebuah kebudayaan. Salah satunya adalah kegiatan
penerimaan mahasiswa baru, dimana maha siswa baru diharuskan untuk mengikuti
serangkaian persyaratan untuk bisa duduk didunia perkuliahan, adapun hal yang
menjadi sorotan dari serangkaian itu adalah OSPEK.
Sumber: /www.google.co.id
Bagi
universitas, fakultas dan prodi OSPEK
adalah sarana untuk memperkenalkan mahasiswa baru kepada lingkungan kampus yang
meliputi struktur organisasi, Akademik, kormas dan mekanisme perkuliahan secara
umum lainnya.
Namun
tak bisa dipungkiri bagi Mahasiswa yang dulunya korban perpeloncoan, dan juga
Calon Mahasiswa baru tentunya, jika kita berbicara tentang ospek memang
terkesan seperti menakutkan dan penuh dengan balas dendam "Semacam momen balas dendam bagi orang yang tidak tau fungsi ospek itu sendiri". Sistem perpeloncoan
yang dilakukan senior terhadap junior seperti sudah menjadi tradisi di dalam
ospek. Sehingga banyak sekali kejadian yang mengakibatkan kecelakaan hingga
kematian.
Sumber: Google image
Teruntuk
para calon maha siswa baru, ada baiknya jika kita mengetahui sejarah dari OSPEK
itu sendiri. Tulisan ini saya kutip dari berbagai sumber
Banyak
sekali versi tentang awal mula adanya ospek. Mungkin salah satu yang paling valid
adalah di Universitas Cambridge Inggris. Mahasiswa disana memang saat itu
mayoritas lahir dari keluarga yang terhormat. Sehingga banyak sekali mahasiswa
yang berbuat seenaknya dan semaunya, selain itu juga gengsi sebagai orang yang
terhormat membuat mereka sulit untuk diatur, sehingga para senior yang merasa
memiliki kekuatan merasa harus melakukuan perpeloncoan sebagai tindakan untuk
mengatur para juniornya yang sulit diatur itu.
Di
Indonesia sendiri konon katanya ospek sudah dilakukan sekitar tahun 1950, tapi
jika kita meninjau jauh kebelakang ada beberapa data yang digunakan untuk
merujuk asal usul ospek.
Perlu
diketahui bahwa ospek ini sudah ada sejak zaman kolonial dulu, tepatnya di STOVIA
atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia (1898-1927). Setelah itu berlanjut
pada masa Geneeskundinge Hooge School (GHS) atau Sekolah Tinggi
Kedokteran (1927-1942). Saat ini STOVIA dan GHS menjadi FKUI
Salemba.
Pada saat masa GHS itu kegiatan menjadi lebih formal dan
bersifat sukarela. Istilah yang digunakan pada saat itu ialah ontgroening
atau “membuat tidak hijau lagi”.
Di
Indonesia sendiri awal mula ospek terjadi disalah satu kampus yang dulu bernama
Technische Hoogeschool atau sekarang kita kenal dengan sebutan ITB
(Institut Teknologi Bandung).
Jadi
pada zaman penjajahan dulu, Belanda memiliki manifesto politik bernama “Politik
Etis” sebagai balas budi terhadap bangsa Indonesia terhadap apa yang sudah
dilakukan VOC pada Indonesia sekitar abad 16. Belanda membangun
sekolah-sekolah rakyat untuk nantinya menjadi teknisi. Walaupun sebetulnya ini
adalah salah satu cara Belanda untuk mendapatkan pekerja yang bisa dibayar
murah. Salah satu sekolah yang hingga saat ini masih ada adalah TH atau
saat ini bernama ITB.
Sumber: Google Image
VOC Organisasi Pada Zaman Belanda
Pada
awalnya TH hanya menerima orang-orang Belanda saja, selanjutnya mereka
mulai menerima keluarga kaum pedagang Tiongkok. Hingga sampai kepada mahasiswa
pribumi untuk bersekolah di TH ini.
Bangsa
Belanda berfikir bahwa mereka lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan
mahasiswa pribumi. Sehingga para senior melakukan perpeloncoan terhadap
mahasiswa baru (Maba) atau seorang pribumi dalam bentuk permainan olok-olok.
Untuk menunjukan bahwa bangsa Belanda berada di atas segalanya dari pribumi.
Selain
itu bangsa pribumi yang diwakili oleh presiden pertama Indonesia Ir.
Soekarno, berhasil diwisuda menjadi seorang Insinyur Teknil Sipil. Soekarno
adalah 1 dari 7 anak pribumi yang berhasi diwisuda pada saat itu.
Sampai
saat ini ospek memang menjadi perdebatan yang selalu ada di tiap tahunya. Unsur
kekerasan yang masih ada seolah menjadi gambaran bahwa ospek adalah sarana
untuk melakukan tindakan-tindakan perpeloncoan persis seperti zaman Belanda
dahulu. Unsur edukasi yang seharusnya ada memang seolah hilang, berbalik
menjadi tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat.
Selaku
generasi yang berpendidikan kita harus membuat perubahan, banyak ide dikepala
kita yang harus kita realisasikan untuk menjadikan OSPEK ini menjadi wadah
untuk memperkenalkan mahasiswa baru tentang dunia perkuliahan, serta momen
untuk membangun hubungan baik antara kakak tingkat dan mahasiswa baru sehingga
bisa terjalian hubungan baik diantara keduanya.
Bagi saya pribadi menghentikan kegiatan OSPEK
bukanlah suatu keputusan bijak karena pada dasarnya banyak tujuan-tujuan
penting yang hendak diberikan serata disampaikan kepada mahasiswa baru sebagai
bekal menjalani dunia perkuliahan yang sangat jauh berbeda dengan saat mereka
dibangku SMA. Perpeloncoan, tindakan kriminalital, pelanggaran HAM yang terjadi
dalam pelaksanaan OSPEK sejatinya dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung
jawab, maka dari itu marilah berbenah diri bukan menghakami diri. Berhenti mencari keburukan yang ada, dan berhenti mencari siapa yang salah karena berbenah diri sejatinya harus dilakukan oleh semua pihak.
Banyak
inovasi yang bisa dilaksanakan untuk menghindari perpeloncoan dan kekerasan
salahsatunya adalah dengan mengedepakan pendidikan karakter pada pelaksanaan
ospek, menentukan tujuan dan manfaat dari setiap kegiatan sehingga tak ada
celah untuk kegiatan perperloncoan serta adanya pengawasan dari pihak yang
berwenang agar tak terjadi perlakuan sewenang-wenang oleh orang-orang sok
berwenang. Memahamkan panitia akan SOP mereka agar tak lagi bertindak ceroboh menganggap bahwa mahasiswa baru adalah bahan lelucon yang bisa diperintah seperti kerbau oleh majikan yang membenci lumpur.
Sejarah
memang banyak mencatat bahwa OSPEK ajang perperpeloncoan, tetapi ada lebih
banyak generasi berpendidikan yang mampu mengubahnya kearah yang seharusnya.
Dewasa ini perpeloncoan dalam OSPEK sudah mulai berkurang intensitasnya, oleh
karena itu tak ada alasan untuk takut OSPEK, karena sejatinya OSPEK sangat
bermanfaat untuk bekal awal mahasiswa baru didunia perkulian, dengan ikut OSPEK
kita tengah membuka jalan untuk orang-orang baru menjadi orang penting dalam
hidup kita dan begitupun sebaliknya. Mari pertahan ospek!
Setiabudhi Agustus 2015
Tulisan ini saya tulis setahun yang lalu, hal ini merupakan bentuk dukungan terhadap sistem kaderisasi awal untuk mahasiswa baru. Saat menulis status saya sebagai mahasiswa yang sebentar lagi memiliki adik tingkat (Wajar dong mendukung ospek!). Saat menulis ini, status saya juga sebagai calon mahasiswa baru (Berhusnudzon bahwa kakak calon kaka tingkat saya nantinya memang agen perubahan bukan agen penerus tradisi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar