LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA
DASAR
SIFAT
KOLIGATIF LARUTAN
Nama : Setia Angkasa
NRP : 143020361
Kelompok : N
Meja : 8 (Delapan)
Asisten : M. Fitrian Wiriyanata
LABORATORIUM
KIMIA DASAR
JURUSAN
TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
PASUNDAN
BANDUNG
20014
SIFAT
KOLIGATIF LARUTAN
Setia Angkasa
143020361
Asisten : M.
Fitrian Wiriyanata
Tujuan Percobaan
Tujuan
percobaan sifat koligatif larutan adalah untuk menentukan penurunan tekanan
uap, titik beku larutan, menentukan titik didih dan menentukan tekanan osmotik
suatu larutan
Prinsip
Percobaan
Prinsip
percobaan sifat koligatif larutan yaitu berdasarkan Hukum Roult yang menyatakan
bahwa penurunan titik beku larutan, sebanding dengan konsentrasi larutan yang
dinyatakan dengan motode molalitas.
1.Penurunan Tekanan Uap
2. Penurunan Titik Beku
3. Kenaikan Titik Didih
4. Tekanan Osmotik
Metode Percobaan
a.
Penurunan Titik
beku larutan
Setelah alat dirangkai seperti gambar, gelas kimia
diputar-putar searah secara perlahan sambil dicatat perubahan suhu setiap 30
detik hingga larutan sampel membeku.
Ulangi percobaan diatas dengan larutan sampel yang
berbeda (pelarut, sampel glukosa 0,5 molal, dan 1 molal).
Buat grafik waktu vs suhu dan hitung tf, dan ΔTf berdasarkan teori!
|
Gambar 1. Metode
Percobaan Penurunan Titik Beku Larutan.
b. Kenaikan Titik Didih
Setelah
dirangkai seperti gambar, larutan sampel dipanaskan sambil dicatat perubahan
suhu yang terjadi setiap 1 menit hingga larutan sampel mendidih.
Ulangi
percobaan diatas dengan larutan sampel yang berbeda ( Nacl 0,25 molal dan
glukosa 0,25 molal)!
Buat
grafik waktu vs suhu dan hitung tb, ΔTb
berdasarkan teori!
|
Gambar 2. Metode Percobaan Penurunan Titik Beku Larutan
c. Tekanan Osmosis
Gambar 3. Metode
Percobaan Tekanan Osmosis
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Penurunan Titik Beku Larutan
Sampel
|
Tf Pelarut
|
Tf Larutan
|
ΔTf Teori
|
ΔTf Praktikum
|
Aquades
|
-10C
|
|
|
|
Glukosa (0,5 molal)
|
|
-40C
|
0,930C
|
30C
|
Glukosa 1 molal
|
|
-50C
|
1,860C
|
40C
|
(Sumber : Setia Angkasa dan Tifani Irene, Meja 8,
Kelompok N, 2014)
Gambar 4. Grafik Penurunan Titik Beku Larutan
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kenaikan Titik Didih
Sampel
|
Tb Pelarut
|
Tb Larutan
|
ΔTbTeori
|
ΔTb Praktikum
|
Aquades
|
900C
|
|
|
|
Glukosa (0,25 molal)
|
|
910C
|
0,130
|
10C
|
NaCl (0,25 molal)
|
|
93,50C
|
0,260C
|
3,50C
|
(Sumber : Setia Angkasa dan Tifani Irene, Meja 8,
Kelompok N, 2014)
Gambar 5. Grafik Kenaikan Titik Didih Larutan
Tabel 3. Hasil Pengamatan Tekanan Osmosis
Sampel
|
Lobak
|
Berat Awal
|
4,62 gram
|
Berat Akhir
|
1,317 gram
|
(Sumber : Setia Angkasa dan Tifani Irene, Meja 8,
Kelompok N, 2014)
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa titik
beku pelarut yaitu aquades adala -10C, sedangkan titik beku larutan
glukosa 0,5 molal adalah -40C. Berdasarkan teori penurunanan titik
beku (Δf) larutan glukosa 0,5 molal adalah 0,930C sedangkan
berdasarkan praktikum penurunan titik beku (Δf) larutan gula 0,5 molal adalah 30C. Larutan gula 1molal
membeku pada suhu -50C. Berdasarkan teori penurunanan titik beku (Δf) larutan glukosa 1 molal adalah 1,860C sedangkan
berdasarkan praktikum penurunan titik beku (Δf) larutan gula 1 molal ialah 40C. Dari percobaan kenaikan
titik didih diketahui bahwa pelarut (aquades) mendidih pada suhu 900C,
larutan NaCl(0,25 molal) mendidih pada suhu 93,50C. Berdasarkan
teori, kenaikan titik didih (Δb) larutan NaCl ialah 0,260C, sedangkan berdasarkan praktikum
kenaikan titik didih(Δb)nya 3,50C. Dan larutan glukosa (0,25 molal) mendidih pada
suhu 910C, kenaikan titik didih(ΔTb)nya berdasar teori ialah 0,130C sedangkan berdasarkan
praktikum 10C. Sedangkan dari percobaan tekanan osmosis dapat
diketahui bahwa sampel yaitu lobak yang dimasukkan kedalam larutan garam 50%
dan didiamkan selama ± 24 jam mengalami perubahan berat, berat awal lobak
adalah 4,62 setelah direndam kedalam larutan garam berubah menjadi 1,317 gram.
Pada percobaan ini hasil yang didapatkan bisa saja tidak sesuai teori hal ini
disebabkan karena kurang teliti saat pembacaan suhu pada termometer, kurang
bersihnya peralatan, dan pengaruh lingkungan seperti udara atau masuknya zat
lain kedalam sampel sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai. (Sumber: Setia
Angkasa dan Tifani Irene, Meja 8, Kelompok N, 2014)
Sifat
koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. (Sutrisno,
2014).
Sifat
koligatif larutan terdiri dari 4 bagian yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis. Penurunan Tekanan Uap
adalah peristiwa fenomena dimana tekanan uap larutan lebih rendah daripada
tekanan uap pelarut murni. Titik beku adalah suhu pada saat tekanan uap cairan
sama dengan tekanan uap bentuk padatnya, sedangkan penurunan titik beku ialah
kondisi dimana titik beku suatu pelarut murni akan mengalami penurunan jika
dalam pelarut tersebut dimasukkan zat terlarut. Titik didih ialah suhu pada
saat tekanan uap jenuh cairan sama dengan tekanan atmosfir. Kenaikan titik
didih ialah keadaan dimana pelarut murni akan mengalami kenaikan titik didihnya
bila ditambahkan zat terlarut didalamnya. Tekanan osmosis ialah tekanan yang
diperlukan untuk menahan perembesan molekul air dari arah pelarut (air murni
atau dari arah larutan yang berkonstrasi rendah kelarutan yang berkonstrasi
tinggi). (Sutrisno, 2014 dan Agung, 1989 )
Dalam
percobaan sifat koligatif larutan ada beberapa sampel yang digunakan yaitu
glukosa (0,25 molal, 0,2 molal dan 1 molal), Nacl dan lobak. Dalam percobaan
penurunan titik beku larutan digunakan sampel glukosa dengan konsentrasi yang
berbeda yaitu 0,5 molal dan 1 molal. Dari hasil pengamatan penurunan titik beku
larutan, diketahui bahwa titik beku larutan glukosa 1 molal (-50C)
< larutan glukosa 0,5molal (-40C) < aquades (-10C).
Hasil percobaan penurunan titik beku larutan ini sesuai dengan teori karena, glukosa
merupakan larutan non elektrolit (tidak dapat menghantarkan arus listrik dan
tidak terionisasi) yang apabila dimasukkan kedalam pelarut murni, pelarut murni
akan mengalami penurunan titik beku dan kenaikan titik didih, semakin besar
konsentrasi larutan maka titik bekunya semakin rendah karena didalam larutan
tersebut terdapat banyak partikel yang menyebabkan kerapatan larutan semakin
rapat, hal ini menjadi penyebab mengapa titik beku larutan glukosa 1 molal
lebih rendah dari pada larutan glukosa 0,5 molal dan aquades. Sampel yang
digunakan dalam percobaan kenaikan titik didih ialah NaCl dan glukosa yang
mempunyai konsentrasi sama yaitu 0,25 molal. Dari hasil pengamatan kenaikan
titik didih diketahui bahwa titik didih NaCl 0,25 molal (93,50C)
> glukosa 0,25 molal (910C)
> aquades (900C). Pada percobaan kenaikan titik didih ini, hasil
yang didapat praktikan sesuai dengan teori dimana yang mempunya titik didih
paling tinggi adalah NaCl yang yang memiliki titik didih paling rendah adalah
aquades. NaCl merupakan larutan elektrolit (dapat menghantarkan arus listrik
dan terionisasi), jika NaCl dimasukkan kedalam pelarut makan larutan tersebut
akan mengalami kenaikan titik didih dan penurunan titik beku, hal ini
dikarenakan NaCl terionisasi adapun reaksinya NaClà Na++Cl-
.Terjadinya ionisasi ini menyebabkan didalam larutan tersebut terdapat
banyak partikel – partikel sehingga kerapatan larutan semakin rapat akibatnya
terjadi penurunan tekanan uap jenuh yang mengakibatkan titik didih larutan
lebih tinggi dari titik didih pelarut murni (aquades). Begitupun dengan
glukosa, ketika glukosa dimasukkan ke dalam aquades partikel – partikel dari
glukosa akan menyebabkan penurunan tekanan uap jenuh sehingga titik didih
larutan mengalami kenaikan, namun kenaikan titik didihnya lebih rendah
dibandingkan dengan NaCl karena glukosa bukan larutan elektrolit (tidak
terionisasi) jadi jumlah partikel-partikel didalam larutan glukosa tak sebanyak
partikel dalam larutan NaCl atau dengan kata lain kerapatan larutan glukosa
lebih renggang dibandingkan larutan NaCl sehingga walaupun pada konsentrasi
yang sama titik didih kedua larutan ini berbeda. Pada percobaan tekanan osmosis
lobak yang mempunyai berat 4,62 gram setelah direndam dalam larutan garam 50%
selama ±24 jam berubah menjadi 1,317 gram, hasil yang didapat ini sesuai dengan
teori karena konsentrasi larutan yang tekandung dalam lobak lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi larutan garam sehingga air yang terkandung
didalam lobak keluar melalui membran semi permiabel (membran yang hanya bisa
dilewati oleh air) hal ini menyebabkan berat dari lobak menurun karena
cairannya berkurang. (Sumber : Setia Angkasa, Meja 8, Kelompok N, 2014)
Titik beku
larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni. Hal ini disebabkan pelarutnya
memiliki kerapatan yang lebih renggang daripada zat terlarut sehingga tekanan
uapnya permukaannya lebih besar dari larutan menyebabkan pelarut membeku terlebih dahulu, baru zat
terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama daripada pelarut. Setiap
larutan memiliki titik beku yang berbeda bergantung pada konsentrasi partikel
zat terlarutnya (Sumber: Setia Angkasa, Meja 8, Kelompok N, 2014)
Konsentrasi
berpengaruh pada titik beku suatu larutan. Semakin tinggi konsentrasi maka
semakin rendah titik beku suatu larutan hal ini dikarenakan jumlah partikel
dalam larutan tersebut semakin banyak sehingga menyebabkan larutan membeku
dengan suhu yang lebih rendah dibanding pelarut murni. Faktor Van’t Hoff(i) adalah perbandingan
antara harga sifat koligatif yang terurukur dari suatu larutan elektrolit
dengan harga sifat koligatif yang diharapkan dari suatu larutan non elektrolit
pada konsentrasi yang sama. Pada larutan elektrolit terjadi ionisasi oleh
karena itu terdapat derajat ionisasi(α), sebaliknya pada larutan non elektrolit
tidak terjadi ionisasi maka nilai α pada senyawa non elektrolit bernilai 0,
oleh karena itu faktor van’t hoff untuk semua larutan non elektrolit adalah 1, dan karena dalam rumus kita mengalikan
dengan i maka untuk senyawa non elektrolit faktor van’t hoff tidak mempengaruhi
dalam perhitungan sedangkan untuk larutan elektrolit berpengaruh. Besarnya (i)
pada suatu larutan menyebabkan titik beku suatu larutan semakin rendah. (Anonim,
2014)
Titik didih
larutan akan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Kenaikan titik didih
larutan akan semakin besar apabila konsentrasi (molal) dari zat terlarut
semakin besar. (Sumardjo, 2009).
Konsentrasi
dari suatu larutan berpengaruh pada kenaikan titik didih sebuah larutan.
Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka titik didihnya akan semakin
tinggi. Faktor van’t hoff tidak berpengaruh terhadap kenaikan titik didih suatu
larutan non elektrolit karena larutan ini tidak terionisasi sehingga nilai (i)
bernilai 1, namun pada larutan elektrolit faktor van’t hoff berpengaruh karena
pada larutan elektrolit terjadi ionisasi, besarnya nilai (i) pada suatu larutan
elektrolit akan menyebabkan kenaikan titik didih pada larutan tersebut. Larutan
elektrolit dan non elektrolit pada konsentrasi sama akan mempunya titik didih
yang berbeda yang disebabkan oleh vaktor van’t hoff ini. (Sumber: Setia
Angkasa, Meja 8, Kelompok N, 2014)
Larutan
hipotonis adalah larutan yang memiliki tekanan osmosis lebih rendah dibanding
larutan lainnya. Larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki tekanan
osmosis lebih tinggi dari larutan lainnya. Larutan isotonis adalah dua larutan yang
memiliki tekanan osmosis sama. Reverse osmosis (RO)
adalah membran teknologi filtrasi metode yang
menghilangkan banyak jenis molekul
besar dan ion dari
solusi dengan menerapkan tekanan untuk solusi ketika
di satu sisi dari membran selektif. Hasilnya
adalah bahwa zat terlarut dipertahankan pada sisi bertekanan membran dan
pelarut murni diperbolehkan untuk
lolos ke sisi lain. Untuk menjadi “selektif”, membran ini tidak harus
memungkinkan molekul besar atau
ion melalui pori-pori
(lubang), tetapi harus
memungkinkan komponen yang lebih kecil dari solusi (seperti pelarut)
untuk lulus bebas. (Purba, 1995).
Reverse Osmosis adalah metode penyaringan molekul besar dan ion-ion dari
larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan konsentrasi rendah. Contoh dari
reverse osmosis adalah pengolahan air tawar dari air laut. (Sumber: Setia
Angkasa, Meja 8, Kelompok N, 2014)
Pengaruh
tekanan osmosis terhadap sampel yaitu tejadi penurunan berat dari sampel,
sampel (lobak) yang tadinya memiliki berat 4,62 gram setelah dilakukan
pengamatan tekanan osmosis berubah menjadi 1,317 gram. Hal ini disebabkan
karena pada saat lobak direndam terjadi tekanan osmosis yang menyebabkan air
didalam lobak keluar melalui membran semipermiabel menuju larutan garam yang
larutannya lebih pekat dibanding larutan yang ada didalam lobak. (Sumber: Setia
Angkasa, Meja 8, Kelompok N, 2014)
Aplikasi bidang
pangan dari sifat koligati larutan ialah pembuatan keripik buah menggunakan
vakum frying, pembuatan ikan presto(penurunan tekanan uapa), Pembuatan larutan
isotonik, pembuatan asinan, pembuatan manisan, pembuatan telor asin (tekanan
osmosis), pembuatan es putar, pembuatan es krim dengan penambahan garam
(Penurunan titik beku), dan pembuatan gulali (kenaikan titik didih) (Sumber:
Setia Angkasa, Meja 8, Kelompok N, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, S. Agung
Purbianto.(1989).Kimia 1,2,3.Klaten:
PT Intan Pariwara
Sumardjo.
2009. Pengantar Kimia. Institut Pertanian
Bogor:Institut Pertanian Bogor: Bogor
Sutrisno, E.T.(2014).Penuntun Praktikum Kimia Dasar.
Universitas Pasundan : Bandung
Purba, M.
1995. Ilmu Kimia Umum. Jakarta:
Erlangga
LAMPIRAN
Tabel 4.Interval Penurunan Titik Beku Larutan
Glukosa 0,5 molal
|
Glukosa 1 molal
|
Waktu (menit)
|
Suhu (0C)
|
Waktu (menit)
|
Suhu (0C)
|
0,5
|
20
|
0,5
|
10
|
1
|
11
|
1
|
6
|
1,5
|
7
|
1,5
|
2,5
|
2
|
3
|
2
|
0
|
2,5
|
1
|
2,5
|
-1
|
3
|
0
|
3
|
-1
|
3,5
|
-1
|
3,5
|
-2
|
4
|
-2
|
4
|
-2,5
|
4,5
|
-3
|
4,5
|
-3,5
|
5
|
-3,5
|
5
|
-5
|
5,5
|
-3,5
|
5,15
|
-5
|
6
|
-4
|
|
|
6,2
|
-4
|
|
|
(Sumber
: Setia Angkasa dan Tifani Irene, Meja 8, Kelompok N, 2014)
Perhitungan
Penurunan Titik Beku
Glukosa 0,5 molal
|
Glukosa 1 molal
|
gr= 0,855 gram
ΔTf Teori
ΔTf = m. kf
= 0,5 x1,86 =0,930C
|
gr= 1,71 gram
ΔTf
Teori
ΔTf = m. kf
= 1x1,86
=1,860C
|
Tabel 5. Interval Kenaikan Titik Didih Larutan
Glukosa 0,25 molal
|
NaCl 0,25 molal
|
Waktu (menit)
|
Suhu (0C)
|
Waktu (menit)
|
Suhu (0C)
|
1
|
32
|
1
|
34
|
2
|
51
|
2
|
45
|
3
|
63
|
3
|
59
|
4
|
76
|
4
|
80
|
5
|
80
|
5
|
88
|
6
|
84
|
6
|
92
|
7
|
91
|
7
|
93,5
|
(Sumber
: Setia Angkasa dan Tifani Irene, Meja 8, Kelompok N, 2014)
Perhitungan
kenaikan titik didih larutan
Glukosa
0,25 molal
|
NaCl 0,25
molal
|
gr= 4,275 gram
ΔTbTeori
ΔTb = m. kb
= 0,25x 0,52 =0,130C
|
gr= 0,73 gram
ΔTb
Teori
ΔTb = mxkbxi
= 0,25x0,52x2
=0,260C
|