Minggu, 12 Juni 2016

Mohammad Hatta (Sikutu Buku Penghantar Kemerdekaan)

Mohammad Hatta

Mohammad Hatta, pastinya kita tak asing lagi dengan nama tersebut. Beliau  adalah seorang tokoh pahlawan Indonesia. Jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sangatlah besar bersama Soekarno (Presiden RI pertama). Ia mendampingi Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi Indonesia yang menandakan bahwa Indonesia telah merdeka dimasa itu. Tidak hanya dikenal sebagai Bapak Proklamator (orang yang memproklamasikan suatu hal atau bisa disebut kemerdekaan), beliau juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Tulisan mengenai Bung Hatta ini saya kutip dari berbagai sumber
Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Indonesia. Beliau lahir dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha, ia lahir dengan nama Muhammad Athar. Beliau merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya Rafiah yang lahir pada tahun 1900.
Ayahnya adalah seorang keturunan ulama tarekat di Batuhampar, sedangkan ibunya berasal dari Minangkabau. Sejak kecil, Hatta sudah dididik dengan baik oleh keluarganya yang khususnya dalam ajaran agama Islam. Kakek dari ayahnya yang bernama Abdurajman dikenal sebagai ulama pendiri Surau Batuhampar.
Saat Hatta berusia 7 bulan, ayahnya meninggal dunia. Setelah kematian ayahnya, ibunya menikah dengan Agus Haji Ning, seorang pedagan dari Palembang. Dari pernikahan Agus Haji Ning dengan Siti Saleha, mereka mempunya empat orang anak, yang semuanya berjenis kelamin perempuan. Hatta mulai mengenyam pendidikan formal di sekolah rakyat. Namun, ia berhenti di sekolah tersebut dan pindah ke ELS (Europeesche Lagere School) yang merupakan Sekolah Dasar ada zaman kolonial Belanda di Indonesia. Beliau bersekolah di ELS sampai tahun 1913.
Setelah lulus dari ELS, Hatta melanjutkan sekolahnya di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) adalah Sekolah Menengah Pertama pada zaan kolonial Belanda di Indonesia. Sejak bersekolah di MULO, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Ia masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.Di Jong Sumatranen Bond, Hatta menjadi bendahara, ia menyadari bahwa pentingnya arti keuangan bagi hidupnya suatu perkumpulan. Tetapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun sumbangan dari luar, mungkin lancar jika para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Menjadi bendahara di Jong Sumatranen Bond membuatnya menerapkan sifat yang menjunjung tinggi rasa tanggung jawab dan disiplin.
            Hatta aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Ia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya. 
Pada tanggal 12 Juli 1951, Hatta mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari koperasi di Indonesia. Karena besarnya aktivitasnya dalam gerakan koperasi, maka pada tanggal 17 Juli 1953 ia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikirannya mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971).
Pada akhir tahun 1956, Hatta tidak sejalan lagi dengan Soekarno karena ia tidak ingin memasukkan unsur komunis dalam kabinet pada waktu itu. Sebelum ia mundur, ia mendapatkan gelar doctor honouris causa dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Sebenarnya gelar doctor honouris causa ingin diberikan pada tahun 1951. Namun, gelar tersebut baru diberikan pada 27 November 1956. Demikian pula Universitas Indonesia pada tahun 1951 telah menyampaikan keinginan itu tetapi Bung Hatta belum bersedia menerimanya. Kata dia, “Nanti saja kalau saya telah berusia 60 tahun.” Kemudian, pada 1 Desember 1956, Hatta memutuskan untuk berhenti sebagai Wakil Presiden RI.


Terlepas dari hal-hal yang berbau politik, kritis dan selalu tampil didunia luat Bung Hatta memiliki dunia yang cukup menarik dalam hobinya.Keseharian Bung Hatta dengan hobinya ini sangat menarik bagi saya pribadi.  Menurut beberapa literatur yang saya dapat, Bung Hatta adalah seorang kutu buku. Beliau lahir lahir sekitar tahun 1902. Beliau telah mengoleksi buku sekitar tahun 1919 saat Sekolah Dagang di Batavia. Ini artinya beliau telah mengoleksi buku saat umur 17 tahun. Selain itu Beliau juga menguasai banyak bahasa maka tak heran bila koleksi buku Bung Hatta banyak berbahasa asing seperti Inggris, Belanda, Perancis dan Jerman. Oleh karena itu, Bung Hatta menguasai empat bahasa tersebut. Hal ini diungkapkan oleh anak tertuanya, Meutia Hatta. Sebagai pencinta buku beliau sangat selalu meluangkan untuk membeli buku-buku, bahkan banyak koleganya memberinya buku sebagai hadiah. Bung Hatta banyak membeli buku dari uang sendiri. Buku yang dibelinya ia bacanya semua. Oleh karena itu beliau adalah seorang bibliofil yakni seseorang yang mengkoleksi buku sekaligus memahami isi buku yang dikoleksinya. Sangat jelas Bung Hatta bukanlah seorang Bibliomania atau dalam bahasa Jepang disebut  tsundoku yaitu seseorang yang mengkoleksi buku tanpa membacanya. Beliau sangat mencintai buku oleh karenaya beliau sangat memperhatikan kondisi buku miliknya dan merawat buku-buku tersebut dengan sangat baik dan teliti.
Kedisplinan Bung Hatta juga meliputi dalam cara membacanya. Misalnya ia akan membaca hanya pada posisi duduk dengan lampu terang secukupnya. Dalam sehari menghabiskan waktu membaca dan menulis sekitar 6-8 jam. Dalam metode mambaca Bung Hatta membaginya menjadi dua bagian. Jika buku-buku yang berat dan bertema pelajaran, maka ia akan dibaca pada malam hari. Sedangkan jika buku ringan seperti roman dan lainya, maka akan dibaca sekitar pukul empat atau setengah lima sore.Bku merupakan simbol penting dalam kehidupan Bung Hatta, hal ini terlihat jelas pada saat beliau menikahi istrinya (Rahmi Rachim) adapun mas kawin yang beliau berikan adalah sebuah buku. Sungguh unik bukan, hal ini bukti bahwa beliau sangat cinta ilmu pengetahuan dibanding harta lainya yang direfleksikan kepada calon istrinya. Bahkan dalam sebuah lelucon dikatakan bahwa Rahmi Rachim itu sebenarnya istri keduanya.

Siapakah istri pertamanya?
 Apalagi, kalau bukan BUKU

Menurut Sri-Edi Swasono, hingga tahun 1972 Bung Hatta telah menulis 42 buah buku. Belum tulisan-tulisan lainya yang tersebar dalam surat kabar, brosur, majalah. Bung Hatta tak hanya diam menjadi penikmat melaikan beliau juga mengekspresikan apa yang ia nikmati kepada orang lain. Ada dua kejadian yang menarik dan perlu diketahui oleh masyarakat Indonesia terkait cintanya Bung Hatta terhadap buku. Ketika pulang ke Indonesia dari Belanda, Bung Hatta membawa serta 16 peti buku dan konon kabarnya diperlukan waktu 3 hari untuk menyusunnya kembali ke dalam almari baru di rumah Ma’ Etek Ayub di Jakarta. Kemudian, ketika diasingkan pemerintah kolonial Belanda di  Banda Neira Maluku dan Boven Digoel, juga membawa 16 peti bukunya. Sehingga ada banyak waktu untuk membaca dan menulis. Bung Hatta menyukai sekali buku bertema ekonomi. Selain itu buku-buku bertema kajian Islam, hukum, hubungan internasional, sejarah, biografi, dan sosial. Jumlah buku berkisar 10 ribu judul dengan buku tertua tahun 1800. Untuk buku non pelajaran yang membuat Bung Hatta terkesan dan semakin kecanduan membaca adalah buku berjudul Het Jaar 2000 yang ditulis oleh Bellamy dan dibaca dalam waktu sehari. Kemudian buku De Socialisten yang ditulis H. P. Quack sebanyak 6 Jilid. Buku tersebut membahas tentang sejarah Sosialisme sejak zaman Yunani. Karena berat dan berjilid-jilid Bung Hatta membacanya hingga tamat sekitar satu tahun. Ada juga buku berjudul De Staathuishoudkunde karya N. G. Pierson yang membahas perihal teori-teori ekonomi. Buku lainya misalnya tentang Mahatma Gandhi, buku khusus tentang Indonesia, Matahari Terbit karya Buya Hamka. 
Hobi yang menurut sebagian orang terlalu membosankan ini bagi saya adalah suatu hal yang amat luar biasa. Kecintaan bung hatta akan buku (sumber pengetahuan) membuat saya begitu iri, ingin rasanya bisa konsisten seperti beliau. Beliau memang pendiam namun berbicaranya beliau adalah sumber pengetahuan, tidak berlebihan bahwa saya berpendapat seperti itu melihat bagaiman beliau begitu tekun membaca, mongorek pengetahuan dari setiap tulisan dan memahaminya secara mendalam.
Bagi saya yang menarik dari sosok bung Hatta, selain sebagai pahlawan proklamator yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi beliau juga sosok yang patut dicontoh dari segi kepemimpinan, idealisme dan management waktunya. Menurut sejarah, Bung Hatta pernah diasingkan di Digul dan juga pernah masuk penjara. Didalam penjara Bung Hatta tetap produktif, ia menggunakan waktunya yang kosong dengan membaca dan menulis, beliau benar-benar menata waktunyya dengan baik. Bung Hatta dibuang ke Digul pada tanggal 25 Februari 1934 , dan selanjutnya keBanda Neira. Baik di Digul maupun Banda Neira, ia banyak menulis di koran-koran Jakarta, dan ada juga untuk majalah-majalah di Medan. Artikelnya tidak terlalu politis, namun bersifat lebih menganalisis dan mendidik pembaca. Ia juga banyak membahas pertarungan kekuasaan di Pasifik. Penolakan Bung Hatta terhadap komunis juga merupakan bukti konkrit bahwa Bung Hatta adalah orang yang idealis.
Bung Hatta merupakan salah satu sosok teladan yang unik. Bayangkan saja, seorang nerd, kutu buku kelas berat, yang hidupnya sangat disiplin, sangat introvert,cenderung kuper namun up to date dan peduli dengan sekitar dengan caranya tersendiri. Tokoh besar semacam  beliau itulah yang berhasil mengejar impian yang mungkin dianggap paling sinting oleh kebanyakan orang di masa itu: Memerdekakan Hindia Belanda menjadi sebuah negara baru yang diakui dunia internasional, bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut saya Bung Hatta bukanlah pendamping Bung Karno saja melaikan patner terbaik yang tau memposisikan dirinya dan mampu berpikir cerdas, berpikir sehat terhadap kondisi yang ada.