Selasa, 22 April 2014

Wanita dan Organisasi



Organisasi, bukan suatu hal yang baru bukan?  Dilingkungan sekolah, kampus, pekerjaan, msyarakat, bahkan negara banyak sekali kita temui berbagai organisasi yang bergerak dalam bidang agama, pemuda, sosial, pendidikan  dan sebagainya .  Organisasi identik dengan sekelompok individu yang  terstruktur dan sistematis yang berada dalam sebuah sistem. Definisi lain dari organisasi adalah wadah untuk sekelompok individu berinteraksi dalam wewenang tertentu. Secara umum, organisasi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis dalam pembagian kerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara structural dan sistematis. Mengapa kita harus berorganisasi? Agar lebih mudah mencapai tujuan, karena organisasi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan.

Suatu organisasi pasti mempunyai suatu pimpinan atau ketua, nah seperti yang sering kita temui kebanyakan pemimpin suatu organisasi adalah seorang laki-laki. Bagaimana jika pemimpin suatu organisasi  itu adalah perempuan?  
Perempuan memiliki kesempatan berorganisasi yang sama
Pada era globalisasi ini bukan hal yang asing bagi seorang perempuan untuk berorganisasi, semakin maraknya emansipasi wanita  serta kompetisi yang terbilang  tinggi, semakin memperjelas bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan berorganisasi yang sama. Selama sesorang mempunyai kapsitas dan kapabilitas yang sesuai dengan tujuan suatu organisasi maka ia boleh berpartisipasi menjadi steakholder dalam organisasi tersebut.

Pada kenyataanya kedudukan perempuan dalam organisasi memang  bersifat mengerucut. Kebanyakan perempuan hanya menduduki posisi entry level dalam organisasi. Semakin tinggi posisi dalam organisasi, semakin sedikit pula perempuan yang menjabatnya. Sangat sedikit perempuan yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk mendaki ke posisi puncak organisasi dan menjadi sukses.

Mampukah seorang perempuan menjadi pemimpin? Pada dasarnya, perempuan memiliki sifat-sifat dasar untuk sukses sebagai pemimpin. Mereka cenderung lebih sabar, memiliki empati, dan multitasking—mampu mengerjakan beberapa hal sekaligus. Perempuan juga memiliki bakat untuk menjalin networking dan melakukan negosiasi. Demikian menurut Helen Fisher, seorang penulis dan profesor di Rutgers University. Kemampuan-kemampuan itu tentu saja tidak eksklusif hanya ada pada perempuan. Namun ketimbang laki-laki, kaum perempuanlah yang cenderung lebih sering menunjukkan sifat-sifat tersebut. Sudah sering kita temui ketua osis suatu sekolah adalah perempuan, banyak lagi organisasi tingkat sekolah yang dipimpin oleh seorang perempuan yang memperlihatkan bahwa perempuan mampu berkopetisi dengan baik sama seperti laki-laki.

Melihat bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam berorganisasi, dan kedudukan perempuan dalam organisasi masih bersifat mengkerucut  menjadi bahan pertimbangan bagi seorang perempuan untuk memperdalam ilmu berorganisasi, karena perempuan cukup ikut andil dalam pembangunan dan kestabilitasan suatu negara. Disamping itu belajar memimpin dan memanage organisasi layaknya laki-laki bukanlah bentuk perlawanan wanita terhadap laki-laki melainkan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perempuan.


Serang April 2014