Organisasi, bukan suatu hal yang baru bukan? Dilingkungan sekolah, kampus, pekerjaan, msyarakat, bahkan negara banyak sekali kita temui berbagai organisasi yang bergerak dalam bidang agama, pemuda, sosial, pendidikan dan sebagainya . Organisasi identik dengan sekelompok individu yang terstruktur dan sistematis yang berada dalam sebuah sistem. Definisi lain dari organisasi adalah wadah untuk sekelompok individu berinteraksi dalam wewenang tertentu. Secara umum, organisasi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis dalam pembagian kerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara structural dan sistematis. Mengapa kita harus berorganisasi? Agar lebih mudah mencapai tujuan, karena organisasi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan.
Suatu organisasi pasti
mempunyai suatu pimpinan atau ketua, nah seperti yang sering kita temui
kebanyakan pemimpin suatu organisasi adalah seorang laki-laki. Bagaimana jika
pemimpin suatu organisasi itu adalah
perempuan?
Pada era globalisasi ini
bukan hal yang asing bagi seorang perempuan untuk berorganisasi, semakin
maraknya emansipasi wanita serta
kompetisi yang terbilang tinggi, semakin
memperjelas bahwa antara laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan
berorganisasi yang sama. Selama sesorang mempunyai kapsitas dan kapabilitas yang sesuai dengan tujuan suatu organisasi maka ia boleh berpartisipasi menjadi steakholder dalam organisasi tersebut.
![]() |
Perempuan memiliki kesempatan berorganisasi yang sama |
Pada kenyataanya kedudukan perempuan dalam
organisasi memang bersifat mengerucut.
Kebanyakan perempuan hanya menduduki posisi entry level dalam
organisasi. Semakin tinggi posisi dalam organisasi, semakin sedikit pula
perempuan yang menjabatnya. Sangat sedikit perempuan yang beruntung bisa
mendapatkan kesempatan untuk mendaki ke posisi puncak organisasi dan menjadi
sukses.
Mampukah seorang perempuan menjadi pemimpin? Pada
dasarnya, perempuan memiliki sifat-sifat dasar untuk sukses sebagai pemimpin.
Mereka cenderung lebih sabar, memiliki empati, dan multitasking—mampu
mengerjakan beberapa hal sekaligus. Perempuan juga memiliki bakat untuk
menjalin networking dan melakukan negosiasi. Demikian menurut Helen
Fisher, seorang penulis dan profesor di Rutgers University. Kemampuan-kemampuan
itu tentu saja tidak eksklusif hanya ada pada perempuan. Namun ketimbang
laki-laki, kaum perempuanlah yang cenderung lebih sering menunjukkan
sifat-sifat tersebut. Sudah sering kita temui ketua osis suatu
sekolah adalah perempuan, banyak lagi organisasi tingkat sekolah yang dipimpin
oleh seorang perempuan yang memperlihatkan bahwa perempuan mampu berkopetisi
dengan baik sama seperti laki-laki.
Melihat bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai
kesempatan yang sama dalam berorganisasi, dan kedudukan perempuan dalam
organisasi masih bersifat mengkerucut
menjadi bahan pertimbangan bagi seorang perempuan untuk memperdalam ilmu
berorganisasi, karena perempuan cukup ikut andil dalam pembangunan dan
kestabilitasan suatu negara. Disamping itu belajar memimpin dan memanage organisasi layaknya laki-laki bukanlah bentuk perlawanan wanita terhadap laki-laki melainkan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perempuan.
Serang April 2014