Selasa, 11 Maret 2014

Online




Sesa begitulah panggilan namaku, aku sebenarnya tak pandai bergaul mungkin ini penyebab karena aku sangat suka membaca buku dan menghabiskan banyak waktuku untuk bergelut bersama buku- buku tebal dibanding berpergian bersama teman  atau menghabiskan waktu dengan acara-acara yang bukan acara sekolah yang  menurutku tidak penting. Walau aku tak pandai bergaul, aku sangat suka ikut berbagai organisasi dan kegiatan sekolah , banyaknya kegiatan- kegiatan yang kuikuti inilah yang membuat kekuperanku tak terlalu nampak dan dapat kukendalikan dengan menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan disekoah.

Aku sekarang kelas 9 SMP, banyak remaja sebayaku menganggap masa-masa ini adalah waktunya untuk memuasakan diri untuk bermain- main karena jika sudah SMA kita tak lagi bisa main-main,  katanya masa SMA adalah proses pencarian jati diri. Tapi aku tak setuju dengan anggapan tersebut, menurutku pencarian jati diri itu dimulai dari sekarang, jika dari sekarang hari-hari hanya diisi dengan main-main maka tidak menutup kemungkinan ketika sudah SMA kita tetap main-main dan mencari berbagai alasan mengapa kita masih terus main-main. Seperti halnya siswi lainnya, aku termasuk siswi yang cerewet dan periang yang tiada hari tanpa kejailan,akupun mempunyai sifat yang masih labil kadang aku jutek apalagi kalau aku sedang asik membaca, kadan pula dewasa ketika harus memberi solusi atas curhatan sahabatku, tetapi ada satu sifat yang sepertinya tak kumiliki yaitu pendiam.

Sering memang aku memberi saran kepada sahabat-sahabatku tentang masalah percintaan mereka, namun ironisnya aku sendiri belum tak mengenal pasti seperti apa itu pacaran karena walau sudah kelas 9 aku belum pernah merasakan apa itu yang namanya pacaran. Menurutku pacaran itu terlalu lebay, awalnya saling memuji dan mengatakan tak bisa hidup bila yang satu tak ada dan banyak juga yang mengatakan bahwa mereka merasakan ada kecocokan, tetapi ketika sudah putus kebanyakan justru mengatakan selama mereka pacaran tak pernah ada kecocokan dan bla.. bla.. bla.. aneh memang tapi itulah kenyatannya, dan aku tak pernah sempat membayangkan apakah akupun akan menggunakan kata-kataitu suatu hari  nanti.

Kesibukan kelas 9 setelah UN adalah mencari sekolah yang tepat untuk menuntut ilmu kejenjang yang lebih tinggi lagi. Pamanku memberi masukan agar aku mendaftar disalah satu Madrasah Alyah didaerah gorontalo, kata kakak sekolah itu bagus dan peminatnya ada diseluruh  indonesia, jika aku bisa sekolah disana pastinya aku bisa mandiri. Sebenarnya aku tak terlalu berminat karena  lingkungan sekolahku sekarang dengan sekolah tersebut pasti sangat bertolak belakang, lagi pula aku sudah mempunyai sekolah impian tersendiri, tapi aku tetap mendaftarkan diri agar kakak tidak kecewa. Pendaftaran sekolah tersebut dibuka melalui via online.
Walau tak punya minat, perasaan ingin tauku ada, apa benar sekolah itu bagus dan apa mungkin peminatnya ada diseluruh indonesia? Aku mulai sibuk mencari data-data tentang sekoalah itu, bagus memang tapi aku tetap tak berminat. Aku masuk kedalam salah satu Fans Page sekolah tersebut, akupun mulai berkenalan dan berinteraksi dengan siswa-siswa diseluruh indonesia yang berminat sekolah disitu dan inilah awal aku mengenal dia.

Awalnya tak ada yang menarik dari percakapan- percakapan didalam fans page itu. Bahkan terkesan begitu monoton, kebanyakan hanya menanyakan nama, berasal dari daerah mana, asal sekolah, dan harapan kuat bersekolah di sekolah tersebut dan saling bertukaran nomer handphone.
Beberapa hari ini handphone dipenuhi dengan berbagai sms dari siswa-siswa yanng baru kukenal itu. Mungkin hal yang sama juga terjadi pada mereka.  Baru saja aku On di facebook langsung ada yang mengajakku chattingan, seperti yang kuduga itu pasti salah satu siswa yang juga mendaftar disekolah yang sama denganku.  Namanya Muhammad Dzaki Alfaritsy, namanya begitu islami ditelingaku.  Sepertinya orangnyapun sangat islami, karena memang yang mendaftar disekoah itu yang mendominasi adalah anak-anak PONPES, Madrasah Tsyanawiah dan, sekolah – sekolah Islam terpadu mungkin dapat dihitung jari yang berasal dari sekolah negeri biasa sepertiku. Dzaki bersekolah di salah satu pondok pesantren di Jawa Barat, masalah pengetahuan agama tak usah diragukan lagi pastinya dia sangat unggul, dia juga termasuk siswa yang aktif diorganisasi sekolahnya. Walau baru kenal aku tak canggung berkomunikasi dengannya didunia maya. Dia sangat nyambung diajak ngobrol, dan obrolan kamipun bukan obrolan yang ecek- ecek ala remaja jaman sekarang. Kegembiraan selalu menyelimuti hariku tiap aku chattingan atau smsn dengannya, disekolah ataupun dirumah aku menjadi lebih suka berduaan dengan handphone  atau komputer dibanding buku-buku tebalku.

Malam ini aku online sudah larut malam, berhaharap dzaki masih online dan bisa chattingan dengannya, tapi sepertinya di sudah ofline. Wajar saja dia offline karena jam sudah menunjukkan pukul 23.45 memang waktunya untuk beristirahat. Aku tersenyum sesekali tertawa kecil melihat profilku acount facebooku yang dipenuhi dengan komentar dan wall darinya dan dari riris, mawar juga gilang. Riris, mawar dan gilang juga salah siswa yang mendaftar diisekolah itu, mereka sekarang menjadi sahabat baruku, berbeda halnya dengan dzaki aku tak tau apakah dia juga kuanggap sahabat atau lebih, karena memang aku sering kali merasa GR ketika riris atau gilang menggoda aku dan dzaki yang katanya begitu serasi. Kami memang sering kali salah tingkah dan selalu mengalihkan pembicaraan ketika mereka mulai  menggoda kami hahaha terlalu lebay memang tapi aku tak bisa membohongi bahwa aku sering merasa terganggu melihat dzaki perhatian dengan kharissa, yang katanya adalah temannya saat ini bersekolah di SDIT, ya tuhan apakah aku menyukainya? Aku tipekel orang yang susah untuk mengatakan aku suka pada cowok, mungkin karena aku sendiri tak mengerti arti suka dengan lawan jenis itu apa, yang jelas aku bahagia tiap ngobrol dengannya  dan ada semacam cemburu jika melihatnnya dengan yang lain. Ah sudalah mungkin ini hanya rasa respekku terhadap perhatiannya. Lagi pula dia lebih cocok dengan kharissa yang berkerudung dan tinggal dilingkungan yang sama sepertinya, ini hanya perkara sepele yang tak perlu kupirkan.

Aku duduk termenung dibawah pohon akasia tua depan kelas, Riko datang menghampiriku “hei sa, lagi apalo disini? Jangan bilang lo kesambet hantu pohon ini ya hahahaha” sapa riko  membuatkku kaget “enggak ko” jawabku dengan malas. Riko memperhatikanku secara detail dari rambut hingga ujung sepatu hitamku dengan muka serius, kemudian ia berkata dengan nada serius “yasudalah sa, kau memilih diam dan tak membagi apa yang kau rasa, jadi jangan salahkan orang disekitarmu selalu menganggap kamu baik – baik saja, ini konsekuen dari apa yang kamu pilih. Apapun yang kau rasakan  rasanya tak perlu orang sekitarmu kena imbasnya jadi tetaplah berlaku biasa karena mereka orang disekitarmu akan tetap berlaku biasa terhadapmu, sekalipun kau sedang dalam masalah karena itu bagian dari pilihanmu” aku hanya tersenyum mendengar kata – kata riko, melihat aku hanya tersenyum riko malah mengajukan pertanyaan “atau jangan-jangan lo berubah ahir-ahir ini karena lo lagi jatuh cinta?” dengan santai kujawab “ kalo gue bilang iya, terus lo bakal cemburu gitu haha” jawabku dengan tawa garing “tentu, tapi percuma gue bilang kalo gue cemburu juga, karena lo gak bakal pernah dengerin dan nganggap ini lelucoaan” tegas riko sembari pergi meninggalkanku. Aku tercengang dengan apa yang barusan riko katakan, tapi logikaku berpikir pasti itu memang hanya lelucoannya.

Malam ini cukup sejuk, kubuka jendela kamarku untuk melihat bintang yang membentuk berbagai rasi di angkasa..Setelah puas melihat maha karya tuhanku yang begitu sempurna, aku memutuskan untuk online. Kulihat dzakipun sedang online aku ragu-ragu untuk menyapanya terlebih dahulu. Dzaki mengatakan bahwa besok dia akan kembali ke pondok pesantrennya dengan kata lain aku dan dia tak bisa saling berhubungan lagi walau hanya didunia maya. Dari caranya berbicara aku bisa menangkap bahwa ada sesal yang ia rasa ketika harus kembali kepesanten dan tak bisa chattingan denganku, ia mengakui bahwa dulu ia tak tertarik mengenalku lebih jauh karena penampilanku yang tak sesuai dengan lingkungannya, tapi pandangan awalnya terhadapku ternyata berbeda jauh dengan kebenarannya setelah ia mengenalku. Mengenal Dzaki merubah seluruh sudut pandangku terhadap kehidupan pesantren, sebelum mengenalnya pandanganku terhadap pesatren adalah suatu lingkungan yang penuh dengan larangan-larangan dan aku sangat tak tertarik, tapi kini aku malah jatuh cinta dengan pesantren dan seluruh kehidupan didalamnya dari berbagai penjelasan dzaki. Tuhan apakah kau mengirim dzaki sebagai petunjuk agar aku bisa lebih dekat lagi denganmu ataukah kau mengirimnya untuk menjadi orang yang penting dalam hidupku?

Dzaki pasti sekarang pasti sudah sibuk dengan kehidupan pesantennya, tapi aku masih tetap setia menunggunya didunia maya berharap dia online dan menyapaku lebih dulu seperti biasanya. Pagi ini sekolah masih sepi padahal jam sudah menunjukkan pukul 07.05 aku berjalan menelusuri lorong sekolah, didepanku ada Riko, ia mengisaratkan aku untuk berhenti berjalan. “Sa gue mau curhat, dan lo harus dengerin” katanya dengan nada serius “Curhat kok maksa buat didengerin” jawabku dengan jutek, walau sudah tak chattingan lagi dengan dzaki tetapi aku tetap dingin dengan duniaku yang nyata “GUE CINTA ELO!” katanya dengan sedikit memekik “ hah, elo mau curhat atau mau ngelucu sih rik?’ jawabku sekenanya “gue lagi ngungkapin perasaan gue bego, elo itu terlalu polos atau emang gak bisa peka sih, gue itu udah ngungkapin ini semua dari kelas 7 sa, tapi lo gk pernah nanggepin jangankan diterima ditolakpun  enggak  -_- lo selalu nganggep pernyataan gue ini hanya gurauan“ jelas riko dengan kesal “O, jadi elo beneran suka sama gue hehehe, telat lo ngungkapinnya hati gue udah buat.. eh gak jadi deh”. Aku merasa ada yang aneh dengan kata-kata ku barusan, aku termenung sebentar memikirkan apa yang barusan akan kuucapkan ‘hati gue udah buat... udah buat siapa ya?” aku terbingung sendiri dan memilih berlari dan tak mendengarkan panggilan riko yang tak jelas “ Sa gue bukan suka, tapi jatuh cinta sama elo” aku menengok kebelakang dan mengatan tak mungkin.

Seminggu sudah aku tak online dan chattingan dengan dzaki, sepertinya aku sudah terbiasa dengan itu semua. Hari jum’at memang hari yang free aku pulang sekolah lebih cepat. Sesampai dirumah aku segera menjelajahi internet dan ternyata dzaki online sepertinya ia libur jadi bisa online, ya tuhan mengapa hatiku begitu senang seakan aku menemukan sebuah mozaik yang sudah lama ku cari. Ia menyapaku di obrolan, sepertia biasa kami bercakap-cakap mengenai berbagai hal, tapi ada yang aneh kali ini, ia mengatakan padaku bahawa ia ingin bersabar dengan perasaanya sekarang dan dia berharap akupun begitu, aku tak mengerti pasti apa yang dia maksud yang jelas hatiku bahagia karena dia kembali kedunia mayaku yang kuharapkan menjadi nyata suatu hari kelak. Tuhan apa aku benar jatuh cinta padanya hingga aku berharap berlebihan seperti ini?  Jika ini bukan rasa itu melainkan hanya rasa respek dengan kebaikannya aku tetap tak menyesal telah mengenalnya, dan menghabiskan banyak waktu dengan online dengannya.

Aku telah membuat keputusan bahwa aku hanya akan bersekolah SMA disurabaya. Keputusanku ini membuat kesempatan untuk aku dan dzaki berjumpa semakin kecil, ada perasaan takut kehilangan sosok dzaki dihatiku, astaga beginikah rasanya jatuh cinta? Bahagia, gundah menjadi satu kesatuan yang mampu membuat aku  melakukan apa yang menurutku tak mungkin bisa kulakukan, dan sekaligus membuat aku lemah. Ya tuhan mengapa aku harus jatuh cinta padanya? Pada dia yang tak nyata. Ditengah kegundahanku tiba- tiba ponselku berdering rupanya ada 1 pesan masuk dari riko “ kenapa lo bilang gak mungkin gue jatuh cinta sama lo, semua mungkin sa! Tau gak arti jatuh cinta itu apa? Kalo gak tau ni gue kasih tau, jatuh cinta itu artinya hati lo jatuh dan tertaut kepada sesorang, walaupun logika lo gak mau, lo akan tetap jatuh disitu, sebagaimanapun kerasnya logika lo menolak, hati lo akan tetap bersikukuh mencintai orang itu. Lo gak bisa marah sama gue ataupun orang lain yang jatuh cinta sama lo, begitpun dengan perasaan lo terhadap orang lain, lo gak bisa salahin kalo lo tiba-tiba jatuh cinta pada orang yang selalu nyakitin lo sekalipun. karena antara otak dan perasaan memang sering kali tak bisa kompromi”. Aku hanya tercengang melihat pesan singkat itu, mungkin memang benar kata riko, aku tak punya hak marah dengan perasaanku pada dzaki walaupun aku masih bingung sebenarnya aku jatuh cinta pada dzaki atau hanya sosoknya saat online denganku.


Setia Angkasa
xi Ipa 1
Sman1 Kramatwatu

Tulisan seseorang akan terlihat dari apa yang dia baca, lihat begitu banyak kerancuan dalam pengunaan kalimat. Hei ia udah hampir setaun lo kamu gak baca novel sampai tamat!
Kamu punya hobi barukah?