Sesa begitulah panggilan namaku, aku sebenarnya tak
pandai bergaul mungkin ini penyebab karena aku sangat suka membaca buku dan
menghabiskan banyak waktuku untuk bergelut bersama buku- buku tebal dibanding
berpergian bersama teman atau menghabiskan
waktu dengan acara-acara yang bukan acara sekolah yang menurutku tidak penting. Walau aku tak pandai
bergaul, aku sangat suka ikut berbagai organisasi dan kegiatan sekolah ,
banyaknya kegiatan- kegiatan yang kuikuti inilah yang membuat kekuperanku tak
terlalu nampak dan dapat kukendalikan dengan menyibukkan diri dengan berbagai
kegiatan disekoah.
Aku sekarang kelas 9 SMP, banyak remaja sebayaku
menganggap masa-masa ini adalah waktunya untuk memuasakan diri untuk bermain-
main karena jika sudah SMA kita tak lagi bisa main-main, katanya masa SMA adalah proses pencarian jati
diri. Tapi aku tak setuju dengan anggapan tersebut, menurutku pencarian jati
diri itu dimulai dari sekarang, jika dari sekarang hari-hari hanya diisi dengan
main-main maka tidak menutup kemungkinan ketika sudah SMA kita tetap main-main
dan mencari berbagai alasan mengapa kita masih terus main-main. Seperti halnya
siswi lainnya, aku termasuk siswi yang cerewet dan periang yang tiada hari
tanpa kejailan,akupun mempunyai sifat yang masih labil kadang aku jutek apalagi
kalau aku sedang asik membaca, kadan pula dewasa ketika harus memberi solusi
atas curhatan sahabatku, tetapi ada satu sifat yang sepertinya tak kumiliki
yaitu pendiam.
Sering memang aku memberi saran kepada sahabat-sahabatku
tentang masalah percintaan mereka, namun ironisnya aku sendiri belum tak
mengenal pasti seperti apa itu pacaran karena walau sudah kelas 9 aku belum
pernah merasakan apa itu yang namanya pacaran. Menurutku pacaran itu terlalu
lebay, awalnya saling memuji dan mengatakan tak bisa hidup bila yang satu tak
ada dan banyak juga yang mengatakan bahwa mereka merasakan ada kecocokan,
tetapi ketika sudah putus kebanyakan justru mengatakan selama mereka pacaran
tak pernah ada kecocokan dan bla.. bla.. bla.. aneh memang tapi itulah
kenyatannya, dan aku tak pernah sempat membayangkan apakah akupun akan
menggunakan kata-kataitu suatu hari
nanti.
Kesibukan kelas 9 setelah UN adalah mencari sekolah
yang tepat untuk menuntut ilmu kejenjang yang lebih tinggi lagi. Pamanku memberi masukan agar aku mendaftar disalah satu Madrasah Alyah didaerah
gorontalo, kata kakak sekolah itu bagus dan peminatnya ada diseluruh indonesia, jika aku bisa sekolah disana
pastinya aku bisa mandiri. Sebenarnya aku tak terlalu berminat karena lingkungan sekolahku sekarang dengan sekolah
tersebut pasti sangat bertolak belakang, lagi pula aku sudah mempunyai sekolah
impian tersendiri, tapi aku tetap mendaftarkan diri agar kakak tidak kecewa.
Pendaftaran sekolah tersebut dibuka melalui via online.
Walau tak punya minat, perasaan ingin tauku ada, apa
benar sekolah itu bagus dan apa mungkin peminatnya ada diseluruh indonesia? Aku
mulai sibuk mencari data-data tentang sekoalah itu, bagus memang tapi aku tetap
tak berminat. Aku masuk kedalam salah satu Fans Page sekolah tersebut, akupun
mulai berkenalan dan berinteraksi dengan siswa-siswa diseluruh indonesia yang
berminat sekolah disitu dan inilah awal aku mengenal dia.
Awalnya tak ada yang menarik dari percakapan-
percakapan didalam fans page itu. Bahkan terkesan begitu monoton, kebanyakan
hanya menanyakan nama, berasal dari daerah mana, asal sekolah, dan harapan kuat
bersekolah di sekolah tersebut dan saling bertukaran nomer handphone.
Beberapa hari ini handphone dipenuhi dengan berbagai
sms dari siswa-siswa yanng baru kukenal itu. Mungkin hal yang sama juga terjadi
pada mereka. Baru saja aku On di
facebook langsung ada yang mengajakku chattingan, seperti yang kuduga itu pasti
salah satu siswa yang juga mendaftar disekolah yang sama denganku. Namanya Muhammad Dzaki Alfaritsy, namanya
begitu islami ditelingaku. Sepertinya
orangnyapun sangat islami, karena memang yang mendaftar disekoah itu yang
mendominasi adalah anak-anak PONPES, Madrasah Tsyanawiah dan, sekolah – sekolah
Islam terpadu mungkin dapat dihitung jari yang berasal dari sekolah negeri
biasa sepertiku. Dzaki bersekolah di salah satu pondok pesantren di Jawa Barat,
masalah pengetahuan agama tak usah diragukan lagi pastinya dia sangat unggul,
dia juga termasuk siswa yang aktif diorganisasi sekolahnya. Walau baru kenal
aku tak canggung berkomunikasi dengannya didunia maya. Dia sangat nyambung
diajak ngobrol, dan obrolan kamipun bukan obrolan yang ecek- ecek ala remaja
jaman sekarang. Kegembiraan selalu menyelimuti hariku tiap aku chattingan atau
smsn dengannya, disekolah ataupun dirumah aku menjadi lebih suka berduaan
dengan handphone atau komputer dibanding
buku-buku tebalku.
Malam
ini aku online sudah larut malam, berhaharap dzaki masih online dan bisa
chattingan dengannya, tapi sepertinya di sudah ofline. Wajar saja dia offline
karena jam sudah menunjukkan pukul 23.45 memang waktunya untuk beristirahat. Aku
tersenyum sesekali tertawa kecil melihat profilku acount facebooku yang dipenuhi
dengan komentar dan wall darinya dan dari riris, mawar juga gilang. Riris,
mawar dan gilang juga salah siswa yang mendaftar diisekolah itu, mereka
sekarang menjadi sahabat baruku, berbeda halnya dengan dzaki aku tak tau apakah
dia juga kuanggap sahabat atau lebih, karena memang aku sering kali merasa GR
ketika riris atau gilang menggoda aku dan dzaki yang katanya begitu serasi. Kami
memang sering kali salah tingkah dan selalu mengalihkan pembicaraan ketika
mereka mulai menggoda kami hahaha
terlalu lebay memang tapi aku tak bisa membohongi bahwa aku sering merasa
terganggu melihat dzaki perhatian dengan kharissa, yang katanya adalah temannya
saat ini bersekolah di SDIT, ya tuhan apakah aku menyukainya? Aku tipekel orang
yang susah untuk mengatakan aku suka pada cowok, mungkin karena aku sendiri tak
mengerti arti suka dengan lawan jenis itu apa, yang jelas aku bahagia tiap
ngobrol dengannya dan ada semacam
cemburu jika melihatnnya dengan yang lain. Ah sudalah mungkin ini hanya rasa
respekku terhadap perhatiannya. Lagi pula dia lebih cocok dengan kharissa yang
berkerudung dan tinggal dilingkungan yang sama sepertinya, ini hanya perkara
sepele yang tak perlu kupirkan.
Aku
duduk termenung dibawah pohon akasia tua depan kelas, Riko datang menghampiriku
“hei sa, lagi apalo disini? Jangan bilang lo kesambet hantu pohon ini ya
hahahaha” sapa riko membuatkku kaget “enggak
ko” jawabku dengan malas. Riko memperhatikanku secara detail dari rambut hingga
ujung sepatu hitamku dengan muka serius, kemudian ia berkata dengan nada serius
“yasudalah sa, kau memilih diam dan tak membagi apa yang kau rasa, jadi jangan
salahkan orang disekitarmu selalu menganggap kamu baik – baik saja, ini
konsekuen dari apa yang kamu pilih. Apapun yang kau rasakan rasanya tak perlu orang sekitarmu kena
imbasnya jadi tetaplah berlaku biasa karena mereka orang disekitarmu akan tetap
berlaku biasa terhadapmu, sekalipun kau sedang dalam masalah karena itu bagian
dari pilihanmu” aku hanya tersenyum mendengar kata – kata riko, melihat aku
hanya tersenyum riko malah mengajukan pertanyaan “atau jangan-jangan lo berubah
ahir-ahir ini karena lo lagi jatuh cinta?” dengan santai kujawab “ kalo gue
bilang iya, terus lo bakal cemburu gitu haha” jawabku dengan tawa garing
“tentu, tapi percuma gue bilang kalo gue cemburu juga, karena lo gak bakal
pernah dengerin dan nganggap ini lelucoaan” tegas riko sembari pergi
meninggalkanku. Aku tercengang dengan apa yang barusan riko katakan, tapi
logikaku berpikir pasti itu memang hanya lelucoannya.
Malam
ini cukup sejuk, kubuka jendela kamarku untuk melihat bintang yang membentuk
berbagai rasi di angkasa..Setelah puas melihat maha karya tuhanku yang begitu
sempurna, aku memutuskan untuk online. Kulihat dzakipun sedang online aku
ragu-ragu untuk menyapanya terlebih dahulu. Dzaki mengatakan bahwa besok dia
akan kembali ke pondok pesantrennya dengan kata lain aku dan dia tak bisa
saling berhubungan lagi walau hanya didunia maya. Dari caranya berbicara aku bisa
menangkap bahwa ada sesal yang ia rasa ketika harus kembali kepesanten dan tak
bisa chattingan denganku, ia mengakui bahwa dulu ia tak tertarik mengenalku
lebih jauh karena penampilanku yang tak sesuai dengan lingkungannya, tapi
pandangan awalnya terhadapku ternyata berbeda jauh dengan kebenarannya setelah
ia mengenalku. Mengenal Dzaki merubah seluruh sudut pandangku terhadap
kehidupan pesantren, sebelum mengenalnya pandanganku terhadap pesatren adalah
suatu lingkungan yang penuh dengan larangan-larangan dan aku sangat tak
tertarik, tapi kini aku malah jatuh cinta dengan pesantren dan seluruh
kehidupan didalamnya dari berbagai penjelasan dzaki. Tuhan apakah kau mengirim
dzaki sebagai petunjuk agar aku bisa lebih dekat lagi denganmu ataukah kau
mengirimnya untuk menjadi orang yang penting dalam hidupku?
Dzaki
pasti sekarang pasti sudah sibuk dengan kehidupan pesantennya, tapi aku masih
tetap setia menunggunya didunia maya berharap dia online dan menyapaku lebih
dulu seperti biasanya. Pagi ini sekolah masih sepi padahal jam sudah
menunjukkan pukul 07.05 aku berjalan menelusuri lorong sekolah, didepanku ada
Riko, ia mengisaratkan aku untuk berhenti berjalan. “Sa gue mau curhat, dan lo
harus dengerin” katanya dengan nada serius “Curhat kok maksa buat didengerin”
jawabku dengan jutek, walau sudah tak chattingan lagi dengan dzaki tetapi aku
tetap dingin dengan duniaku yang nyata “GUE CINTA ELO!” katanya dengan sedikit
memekik “ hah, elo mau curhat atau mau ngelucu sih rik?’ jawabku sekenanya “gue
lagi ngungkapin perasaan gue bego, elo itu terlalu polos atau emang gak bisa peka
sih, gue itu udah ngungkapin ini semua dari kelas 7 sa, tapi lo gk pernah
nanggepin jangankan diterima ditolakpun
enggak -_- lo selalu nganggep
pernyataan gue ini hanya gurauan“ jelas riko dengan kesal “O, jadi elo beneran
suka sama gue hehehe, telat lo ngungkapinnya hati gue udah buat.. eh gak jadi
deh”. Aku merasa ada yang aneh dengan kata-kata ku barusan, aku termenung
sebentar memikirkan apa yang barusan akan kuucapkan ‘hati gue udah buat... udah
buat siapa ya?” aku terbingung sendiri dan memilih berlari dan tak mendengarkan
panggilan riko yang tak jelas “ Sa gue bukan suka, tapi jatuh cinta sama elo”
aku menengok kebelakang dan mengatan tak mungkin.
Seminggu
sudah aku tak online dan chattingan dengan dzaki, sepertinya aku sudah terbiasa
dengan itu semua. Hari jum’at memang hari yang free aku pulang sekolah lebih
cepat. Sesampai dirumah aku segera menjelajahi internet dan ternyata dzaki
online sepertinya ia libur jadi bisa online, ya tuhan mengapa hatiku begitu
senang seakan aku menemukan sebuah mozaik yang sudah lama ku cari. Ia menyapaku
di obrolan, sepertia biasa kami bercakap-cakap mengenai berbagai hal, tapi ada
yang aneh kali ini, ia mengatakan padaku bahawa ia ingin bersabar dengan
perasaanya sekarang dan dia berharap akupun begitu, aku tak mengerti pasti apa
yang dia maksud yang jelas hatiku bahagia karena dia kembali kedunia mayaku
yang kuharapkan menjadi nyata suatu hari kelak. Tuhan apa aku benar jatuh cinta
padanya hingga aku berharap berlebihan seperti ini? Jika ini bukan rasa itu melainkan hanya rasa
respek dengan kebaikannya aku tetap tak menyesal telah mengenalnya, dan
menghabiskan banyak waktu dengan online dengannya.
Aku
telah membuat keputusan bahwa aku hanya akan bersekolah SMA disurabaya. Keputusanku
ini membuat kesempatan untuk aku dan dzaki berjumpa semakin kecil, ada perasaan
takut kehilangan sosok dzaki dihatiku, astaga beginikah rasanya jatuh cinta?
Bahagia, gundah menjadi satu kesatuan yang mampu membuat aku melakukan apa yang menurutku tak mungkin bisa
kulakukan, dan sekaligus membuat aku lemah. Ya tuhan mengapa aku harus jatuh
cinta padanya? Pada dia yang tak nyata. Ditengah kegundahanku tiba- tiba
ponselku berdering rupanya ada 1 pesan masuk dari riko “ kenapa lo bilang gak
mungkin gue jatuh cinta sama lo, semua mungkin sa! Tau gak arti jatuh cinta itu
apa? Kalo gak tau ni gue kasih tau, jatuh cinta itu artinya hati lo jatuh dan
tertaut kepada sesorang, walaupun logika lo gak mau, lo akan tetap jatuh
disitu, sebagaimanapun kerasnya logika lo menolak, hati lo akan tetap bersikukuh
mencintai orang itu. Lo gak bisa marah sama gue ataupun orang lain yang jatuh
cinta sama lo, begitpun dengan perasaan lo terhadap orang lain, lo gak bisa
salahin kalo lo tiba-tiba jatuh cinta pada orang yang selalu nyakitin lo
sekalipun. karena antara otak dan perasaan memang sering kali tak bisa
kompromi”. Aku hanya tercengang melihat pesan singkat itu, mungkin memang benar
kata riko, aku tak punya hak marah dengan perasaanku pada dzaki walaupun aku
masih bingung sebenarnya aku jatuh cinta pada dzaki atau hanya sosoknya saat
online denganku.
Setia
Angkasa
xi Ipa 1
xi Ipa 1
Sman1
Kramatwatu
Tulisan seseorang akan terlihat dari apa yang dia baca, lihat begitu banyak kerancuan dalam pengunaan kalimat. Hei ia udah hampir setaun lo kamu gak baca novel sampai tamat!
Kamu punya hobi barukah?
Tulisan seseorang akan terlihat dari apa yang dia baca, lihat begitu banyak kerancuan dalam pengunaan kalimat. Hei ia udah hampir setaun lo kamu gak baca novel sampai tamat!
Kamu punya hobi barukah?